Saturday, 14 April 2012

Antisipasi Tsunami, Jangan Tergantung Teknologi



SERAMBI INDONESIA/M ANSHARWarga panik mengendarai sepeda motor setelah gempa bumi mengguncang Banda Aceh, rabu (11/4/2012).

JAKARTA, KOMPAS.com
 - Peristiwa gempa di Aceh kembali menguak satu kelemahan dalam teknologi peringatan dini gempa dan tsunami. Sirene peringatan dini baru berbunyi 30 menit setelah gempa, padahal seharusnya 9 menit setelahnya.

Untunglah gempa yang terjadi Rabu lalu tak menimbulkan tsunami besar. Jika saja tsunami besar terjadi, boleh jadi masyarakat tak punya cukup waktu untuk menyelamatklan diri.

Menurut PM Laksono, antropolog dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, peristiwa gempa Aceh Rabu lalu menunjukkan bahwa masyarakat harus terus mengembangkan wawasan tentang kegempaan. "Teknologinya lelet, masih belum bisa dipercaya. masyarakat harus belajar dan mengandalkan pada dirinya, nalurinya, bukan teknologi," ungkap Laksono saat dihubungi Kompas.com, Jumat (13/4/2012) kemarin.

Ia mengatakan teknologi hanya menjadi salah satu bagian dari seluruh sistem. Mau teknologinya maju kalau masyarakatnya tidak bisa memanfaatkan dengan benar juga akan percuma saja.

Pengembangan wawasan dan upaya mengasah naluri pada masyarakat harus dilakukan sedini mungkin. Anak-anak harus dikenalkan pada cara evakuasi saat gempa dan tsunami terjadi. "Ini tugas masyarakat sekarang. Masyarakat di sini berarti pemerintah, pendidikan, semua pihak. Orang tua juga harus mengajarkan pada anak-anaknya," kata Laksono.

Masyarakat tidak bisa hanya bergantung pada program sosialisasi siaga bencana yang dirancang pemerintah
.

0 comments:

Post a Comment

Pages

 
Free Web Hosting | Top Web Host