Showing posts with label Puisi. Show all posts
Showing posts with label Puisi. Show all posts

Tuesday, 17 April 2012

Teman Berkelana Untuk Rindu





kepada kamu,
seseorang yang sedang kuharap.

ini tepat pukul 12 tengah malam.
aku belum tertidur, karena inginku untuk tidak hanya selalu memimpikanmu.
aku bosan pada sebuah lengkungan senyummu yang hampir melingkar untuk memeluk tiap malamku agar mimpiku selalu menjadi milikmu.
senyuman nyata itu mungkin sedang kau lakukan kali ini sambil bermimpi dan mungkin juga tanpa berpikir apa-apa tentang diriku.

haha…

kau tahu?
sengaja aku membuat surat ini.
rinduku sudah terlalu meninggalkan banyak jejak.
dengan langkah tanpa tujuan yang pasti, dan aku selalu mengikutinya.
dengan surat ini, mungkin bisa menemani rinduku berkelana.
hingga akhirnya senyummu dapat terlihat oleh rinduku.
ya semoga saja surat ini tepat pada tujuan.
yaitu kamu.

mungkin kau tidak percaya.
aku menulis surat ini dengan doa singkat yang meneteskan air mata.
setibanya surat ini di hadapan senyummu, tetesanku pada kertas ini sudah mengering.

kamu,
si pemilih dunia terindah untukku di waktu itu.

apa yang telah menjadi cerita kita, biarkanlah hanya menjadi kerinduan.
agar tidak salah tebak akan kisah yang tak pernah terulang kembali.
biar rindu-rindu ini yang menyusun rapih dan menjilid kisah kita agar mudah terkenang.

aku,
pengagum senyumanmu.

Kapan Pertemuan Selanjutnya?

By: Meriza Akbar (17 April 2012 / 23:23 WIB)


Hey kamu!Iya, kamu yang disana,
wanita berhidung mancung.seperti beruntung bertemu dengan dirimu beberapa bulan yang lalu.pertemuan pertama kita yang tidak banyak pembicaraan namun ada candaku yang membuatmu tertawa lebar di atas sepeda motormu.

pertemuan kedua kita, di tempat yang sama.
cukup menghangatkan.dan tepat di suatu detik di tempat itu Tuhan mengizinkanku untuk menyentuh tangan kananmu (meski tak kusengajai).sayang…hanya sebentar saja.lalu aku mencoba menghiburmu.iya, kamu tersenyum dan tertawa kecil.

hei, kamu.bukankah kali ini jarak kita semakin dekat?tetapi mengapa nampaknya rasamu semakin jauh?maaf jika mungkin aku ada kesalahan.tapi ketika aku mencoba berbicara kepadamu, seperti tidak ada apa-apa.aku tau, hatimu sedang terhipnotis oleh hati yang lain.aku tahu bahwa kamu lebih lama berbalas kata hati dan perhatian dengannya dibanding denganku.
jujur, 
tanpa banyak berbalas kata-kata sepertinya  aku sudah ada rasa kepadamu.
dan memang, aku bukan orang yang dengan mudahnya jatuh cinta.sudah 3 tahun lebih lamanya aku sulit jatuh cinta.entah kenapa mudah sekali aku diluluhkan olehmu.sekarang rindu yang teramat mengelusku dengan suara lirihnya.rasanya tawa kecilmu itu ingin aku lihat lagi.dan aku ingin kembali bersalaman dan kau mencium tanganku dengan keningmu.iya, aku baru ingat kita pernah melakukannya saat aku dirawat di rumah sakit.itu pertemuan terakhir kita, bukan?
kepada kamu,satu-satunya yang kuingat kali ini.pertemuan selanjutnya selalu aku idamkan.detik yang menggerutu terlalu bising tanpa tanda-tanda untuk kita bertemu.detak jantung yang meredam bunyi detik ingin kurasakan kembali.aku,penunggu setia perjumpaan denganmu lagi yang lebih indah dari sebelumnya.

Teruntuk Takdir

By: Meriza Akbar (7 April 2012)


kamu,
jalur hidup para makhluk hidup.

hampir seluruh makhluk sudah bosan dalam pertanyaan.
apakah takdir itu harus sama pada akhirnya?
tersenyum atau sedih.
kamu sudah tertulis sebelum kami berlumur darah sampai akhirnya dibersihkan dan mulai membuka mata.
kami merengek, menangis.
sebuah misteri…
bisakah kamu memberi tahu kami, mengapa kami menangis saat terlahir?
apakah tangisan itu tangisan haru atau bahagia?
apakah kami menangis karena takdir yang sudah berkata saat kami berada di dalam kandungan?

takdir,
kamu juga membuat perbedaan untuk kami.
kami tahu, jika semuanya sama tidak akan ada senyum atau sedih karena orang lain.
kami sama di hadapan-Nya tetapi bukan karena engkau, takdir.
atau mungkin kamu hanyalah sebuah tulisan?
tulisan Tuhan.
mungkin juga kamu hanyalah sebuah tombol play pada media player yang dimiliki Tuhan.

kami hidup tanpa skenario yang harus dibaca.
namun kami hidup dengan tulisan Tuhan yang berbentuk takdir.
tanpa ada hafalan.
hanya ada petunjuk dalam beberapa kitab suci.
jika kitab suci itu adalah sebuah petunjuk untuk kita hidup, mengapa kamu tidak membawa kami untuk membacanya perlahan sampai akhirnya kami benar - benar memahami bagaimana cara kita untuk hidup?

lagi - lagi pertanyaan yang aku lontarkan padamu, takdir.

Tuhan sengaja tidak memberimu mulut.
agar kamu terus berjalan.
bukan menuntun kami, namun terus mencetak tulisan pada kertas Tuhan.
dan kamu tidak tersendat hanya untuk melayani berbagai pertanyaan yang bagi kami sangatlah penting.
tapi aku akan berterima kasih padamu.
selama kamu membawa hidupku, ada berbagai senyuman dan sedih yang memang harus kurasakan sendiri.
bahkan beberapa orang di sekelilingku membagi senyuman dan kesedihan mereka.
entah akan berakhir di mana dan seperti apa kamu akan membawaku, nanti.

aku,
yang melekatkan kakiku pada dirimu.

Berbicara Pada Sepi

By: Meriza Akbar
Selasa, 17 April 2012 / 02.35 WIB






Hey kamu!!
kamu yang kusebut Langitku karena kau begitu jauh,
tak bisa kugapai,
tak bisa jadi milikku…


Begitu kau panggil aku "Bintangmu", 
Supaya aku jatuh padamu.


Harapmu, 
Harapku, 
Tetapi tidak bagi "mereka".


Kusebut mereka Benalu,
Sebab mengganggu aku dan kamu.
Kemudian aku sadar,
Bahwa aku memanggil diriku sendiri…


Inginku gapai keramaian dengan mengais cintamu.
Mengasingkan sepi yang kini sangat akrab denganku.
Aku berbicara pada Sepi, 
Barangkali bisa jadi ramai kemudian.


Aku tertawa.
Sepi juga tertawa. 
Menertawakan kami yang haus akan keceriaan; keramaian


Usah kau tanya lelah pada mataku,
Yang terus terjaga,
Terus menunggu hingga pagi menyapa.
Tanyakan saja pada hatiku.

Friday, 6 April 2012

Pukul Tiga


By Meriza Akbar(3 Maret 2012)

Selamat malam, ingatanku.
Pukul tiga esok hari, aku ingin bersama.”

Kau terdengar lesu tak beralasan.
Hanya hitam putih yang memberimu hiasan.
Kalau kau mau tunggu sebentar, aku akan memanggil pikiran yang merindukan suaramu dengan tidak sabar

Selamat pagi, ceritaku.
Pukul tiga sore nanti, kita lalui bersama.”
Kau yang selalu menjadi sumber semua kata-kata.
 
Entah mengapa hanya angin yang memberikan pesan yang sama.
Persiapkan segalanya, dan kita akan menulis kalimat sempurna.

Selamat siang, rahasiaku.
Pukul tiga sore ini, kita harus bersama.”
Aku membersihkan jubahku dari kecemasan lama. Agar dapat kau peluk di antara selipan luka.

Di detik dan titik ini, kita berada di dimensi ruang dan waktu yang sama.”

Tetapi janganlah kita lupa untuk lupa.
Setelahnya masing-masing kita harus berbenah
 
lantas bergegas pergi dari mimpi kita

Selamat sore, perpisahanku.
Aku bisa saja memberikanmu segalanya saat ini , KECUALI satu..
 
Genggaman tangan di tengah keramaian nanti di luar pintu cokelat ini
“Pukul tiga lain hari, aku tidak  berjanji untuk dapat kita(aku dan kau) terus bersama.”

Aku dan DMCS

(sayang) dalam tanda kurung


(sayang) dalam tanda kurung

By Meriza Akbar (06 April 2012)

Pikiran dan tubuhku kubawa berjalan sejauh mungkin, tetapi hatiku tertinggal untukmu.
Kehilangan adalah asumsi
Asumsi kita pernah memiliki

Andaikan aku tak pernah berasumsi pernah memilikimu
akupun tak kan pernah kehilanganmu

“Jemput aku jam 2 siang tepat di depan asramaku.”

Lalu kita tertawa bersama menikmati perjalanan
menutupi kelam perasaan yang seringkali nikmat di saat-saat yang paling menyakitkan

“Jangan ngebut..”
“Tidak. Aku tidak mau, aku ini tidak suka pelan.”
“Atau aku yang mengemudikan sepeda motor merah kesayanganmu ini?”
“Iya, Oke. Aku tidak akan ngebut.”
Kata-kata itu membekas dipikiranku setiap kali melewati jalan lurus panjang itu

“Spagheti saus hitam”
Bungkus yang terbuka, Saus yang meluber bersama aroma sedap khas spageti ala restoran-restoran terkenal
Perlahan saus hitam itu aku aduk dengan spageti,
 larut dalam spageti, menghilang tak berbentuk, tetapi terasa.
Aku tak bisa menghitung kadarnya, tetapi aku bisa tahu gurihnya.
sama seperti aku berasumsi pernah memilikimu, kini aku kehilanganmu

Kamu marah, marah terhadap semua, marah terhadap kamu, marah terhadap aku
Marah terhadap kenyataan, marah terhadap spagheti saus hitam, amarah terhadap brownies kukus manis, marah terhadap novel merah jambu.
Lalu aku berasumsi sekali lagi,
bahwa kamu pergi, membawa semuanya bersamamu.

Mau kemana hari ini? Mau kemana besok? (sayang) dalam tanda kurung
Jam 4 sore, semua masih sepi
Aku di pikiranmu, bertumpuk dengan kertas-kertas dan data-data
Aku masih tidur (sayang) dalam tanda kurung,
sahutku di sela-sela mimpi yang entah baik entah buruk.

Siang-siang panas, lelah.
Sore hari lelah, terpaksa, sedikit lega.
Malam hari membalikkan badan, menatap tembok, aku di sana.
Aku (sayang) kamu, yang di dalam kurung.

Berhenti berasumi, berhenti memiliki.

Kamu dalam pikiranku.. berhenti.
Aku menatapmu, bersembunyi dalam cerita sedihku.
Satu juta semoga dan ratusan ribu akankah mengalir dari tatapan mata kita. 
Sekarang masih sama…
Satu juta semoga, ratusan ribu harapan dan (sayang) dalam tanda kurung.

“Jangan lupa makan pagi, minum obat, minum air putih yang banyak.”
"Spagheti saus hitam, brownies kukus coklat, dan novel merah muda."
"DMCS"

Pages

 
Free Web Hosting | Top Web Host