By: Meriza Akbar (7 April 2012)
kamu,
jalur hidup para makhluk hidup.
hampir seluruh makhluk sudah bosan dalam pertanyaan.
apakah takdir itu harus sama pada akhirnya?
tersenyum atau sedih.
kamu sudah tertulis sebelum kami berlumur darah sampai akhirnya dibersihkan dan mulai membuka mata.
kami merengek, menangis.
sebuah misteri…
bisakah kamu memberi tahu kami, mengapa kami menangis saat terlahir?
apakah tangisan itu tangisan haru atau bahagia?
apakah kami menangis karena takdir yang sudah berkata saat kami berada di dalam kandungan?
takdir,
kamu juga membuat perbedaan untuk kami.
kami tahu, jika semuanya sama tidak akan ada senyum atau sedih karena orang lain.
kami sama di hadapan-Nya tetapi bukan karena engkau, takdir.
atau mungkin kamu hanyalah sebuah tulisan?
tulisan Tuhan.
mungkin juga kamu hanyalah sebuah tombol play pada media player yang dimiliki Tuhan.
kami hidup tanpa skenario yang harus dibaca.
namun kami hidup dengan tulisan Tuhan yang berbentuk takdir.
tanpa ada hafalan.
hanya ada petunjuk dalam beberapa kitab suci.
jika kitab suci itu adalah sebuah petunjuk untuk kita hidup, mengapa kamu tidak membawa kami untuk membacanya perlahan sampai akhirnya kami benar - benar memahami bagaimana cara kita untuk hidup?
lagi - lagi pertanyaan yang aku lontarkan padamu, takdir.
Tuhan sengaja tidak memberimu mulut.
agar kamu terus berjalan.
bukan menuntun kami, namun terus mencetak tulisan pada kertas Tuhan.
dan kamu tidak tersendat hanya untuk melayani berbagai pertanyaan yang bagi kami sangatlah penting.
tapi aku akan berterima kasih padamu.
selama kamu membawa hidupku, ada berbagai senyuman dan sedih yang memang harus kurasakan sendiri.
bahkan beberapa orang di sekelilingku membagi senyuman dan kesedihan mereka.
entah akan berakhir di mana dan seperti apa kamu akan membawaku, nanti.
aku,
yang melekatkan kakiku pada dirimu.
jalur hidup para makhluk hidup.
hampir seluruh makhluk sudah bosan dalam pertanyaan.
apakah takdir itu harus sama pada akhirnya?
tersenyum atau sedih.
kamu sudah tertulis sebelum kami berlumur darah sampai akhirnya dibersihkan dan mulai membuka mata.
kami merengek, menangis.
sebuah misteri…
bisakah kamu memberi tahu kami, mengapa kami menangis saat terlahir?
apakah tangisan itu tangisan haru atau bahagia?
apakah kami menangis karena takdir yang sudah berkata saat kami berada di dalam kandungan?
takdir,
kamu juga membuat perbedaan untuk kami.
kami tahu, jika semuanya sama tidak akan ada senyum atau sedih karena orang lain.
kami sama di hadapan-Nya tetapi bukan karena engkau, takdir.
atau mungkin kamu hanyalah sebuah tulisan?
tulisan Tuhan.
mungkin juga kamu hanyalah sebuah tombol play pada media player yang dimiliki Tuhan.
kami hidup tanpa skenario yang harus dibaca.
namun kami hidup dengan tulisan Tuhan yang berbentuk takdir.
tanpa ada hafalan.
hanya ada petunjuk dalam beberapa kitab suci.
jika kitab suci itu adalah sebuah petunjuk untuk kita hidup, mengapa kamu tidak membawa kami untuk membacanya perlahan sampai akhirnya kami benar - benar memahami bagaimana cara kita untuk hidup?
lagi - lagi pertanyaan yang aku lontarkan padamu, takdir.
Tuhan sengaja tidak memberimu mulut.
agar kamu terus berjalan.
bukan menuntun kami, namun terus mencetak tulisan pada kertas Tuhan.
dan kamu tidak tersendat hanya untuk melayani berbagai pertanyaan yang bagi kami sangatlah penting.
tapi aku akan berterima kasih padamu.
selama kamu membawa hidupku, ada berbagai senyuman dan sedih yang memang harus kurasakan sendiri.
bahkan beberapa orang di sekelilingku membagi senyuman dan kesedihan mereka.
entah akan berakhir di mana dan seperti apa kamu akan membawaku, nanti.
aku,
yang melekatkan kakiku pada dirimu.
0 comments:
Post a Comment