coba, apa yang aneh dari namanya? Ternyata, nama Sayid itu ada makna nya loh , salah satu nama gelar di Aceh, mmh mungkin yang lebih akrab di telinga kita adalah Teuku/Cut, betul, kawan ane juga ada namanya yang pake embel2 ntu ; teuku/cut.
jadi, karna penasaran, gue cari de asal mula nya nama2 gelar ntuh, ternyata, banyak referensi, trus gue pilih aja yang menurut gue valid, karna sayang pengetahuan ni klo untuk gue ndri, so, referensi tadi ane gabung, kumpulin jadi satu tulisan, untuk berbagi pengetahuan lah, kenapa bisa ada embel2 ntu..
Jadi begini ceritanya …..
Sayyid (jamak : Sadah) adalah gelar kehormatan yang diberikan kepada orang-orang yang merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW melalui cucu beliau, Hasan bin Ali dan Husain bin Ali, yang merupakan anak dari anak perempuan Nabi Muhammad SAW, Fatimah az-Zahra dan menantunya Ali bin Abi Thalib.
Keturunan wanita mendapatkan gelar berupa Sayyidah, Alawiyah, Syarifah atau Sharifah.
Beberapa kalangan muslim juga menggunakan gelar sayyid untuk orang-orang yang masih keturunan Abu Thalib, paman Nabi Muhammad, yaitu Abbas, serta Ja’far, Aqil dan Thalib.
Gelar ini tidak sama dengan nama yang lebih populer seperti “Sa’Ãd” atau “Said”, yang berasal dari bahasa Arab, yang berarti bahagia. kata lain yang sering disalahpahami sebagai sayyid adalah syahid, istilah dalam bahasa Arab untuk seorang martir.
Kata ini (sayyid) secara harfiah berarti Tuan, kata dalam bahasa Inggris yang artinya paling mendekati adalah Sir atau Lord. Dalam dunia Arab sendiri. Kata ini sering ditukar dengan “Pak..”, misal : Sayyid Budi (Pak Budi). Kata yang mempunyai konsep yang sama (dengan sayyid) adalah sidi (berasal dari bahasa Arab sayyidi) yang digunakan di Arab bagian Barat.
Alevis menggunakan seyyid (di Turki) sebagai penghormatan pada nama dan diletakkan sebelum nama orang-orang yang dianggap suci di kalangan mereka.
Kata lain dalam bahasa Arab yang mirip adalah syekh dan syarif. Keturunan dari Hasan bin Ali yang pernah memerintah Makkah, Madinah, Iraq pada masa Kesultanan Turki Utsmaniyah dan sekarang di Yordania, yaitu Hasyimiyah atau Hashemites menggunakan gelar Syarif.
Dalam Dunia Arab istilah Syarif digunakan oleh keturunan Hasan bin Ali, sedangkan gelar Sayyid digunakan oleh keturunan Husain bin Ali.
*keturunan Arab atau Iran yang memakai gelar ; Sayyid, Habib, Alatas, Alaydrus, Assegaff, Al-Husainy, al-Quraisy, Syed, Syarifah, Aja, Habibah dan seterusnya.
Jadi inti nya adalah……
Sayid dan Syarifah merupakan salah satu gelar kehormatan yang diberikan kepada orang-orang yang merupakan bagian dari keturunan Nabi Muhammad SAW melalui cucu beliau, Hasan bin Ali dan Husain bin Ali, yang merupakan anak dari anak perempuan Nabi Muhammad SAW, Fatimah az-Zahra dan menantunya Ali bin Abi Thalib.
Untuk keturunan wanita mendapatkan gelar berupa Syarifah atau ada juga yang menyebutnya Sayyidah, Alawiyah atau Sharifah. Gelar Syarifah juga banyak kita temui di Aceh dan hampir di setiap kabupaten kota di Aceh.
Untuk keturunan wanita mendapatkan gelar berupa Syarifah atau ada juga yang menyebutnya Sayyidah, Alawiyah atau Sharifah. Gelar Syarifah juga banyak kita temui di Aceh dan hampir di setiap kabupaten kota di Aceh.
Terus yang pengen gue bahas adalah Teuku n Cut
jadi begini ceritanya………..
jadi begini ceritanya………..
Teuku dan Cut ini merupakan gelar yang diberikan berdasar sistim monarki yang ada di Aceh dulu sebagai garis keturunan dari Ulee Balang Kerajaan Aceh. Teuku adalah sebuah gelar ningrat atau kebangsawanan, khusus untuk kaum pria suku Aceh yang memiliki kekuasaan memimpin wilayah nanggroe atau kenegrian. Gelar Teuku bersifat turun menurun, seorang anak laki-laki diberi gelar Teuku, bilamana ayahnya juga memiliki gelar Teuku. Seorang Teungkudapat pula berubah menjadi Teuku, apabila jabatan keagamaannya dialihkan ke jabatan pemerintahan. Seringkali orang Indonesia salah dalam menuliskannya, misalnya Teungku Umar, padahal seharusnya Teuku Umar.
Sedangkan Cut diperuntukkan untuk kaum perempuan. Gelar ini diturunkan sampai ke anak cucunya jika perempuan bangsawan tersebut menikah dengan laki-laki dari kalangan bangsawan juga, yang bergelar Teuku.
Dulunya, bagi para bangsawan Aceh sangat penting untuk mempertahankan garis keturunan mereka ini. Agar keturunan mereka tetap memiliki gelar “Teuku dan Cut”, seorang Teuku harus menikahi seorang Cut atau menikahi wanita yang bukan Cut namun harus memiliki akhlak yang baik dan taat pada agama. Begitu pula dengan seorang Cut, seandainya saja dia tidak menikahi seorang Teuku, maka gelar bangsawan pada keturunannya akan hilang.
Seorang yang memiliki gelar Teuku dan Cut dipandang baik oleh masyarakatnya. Karena mereka secara strata memiliki derajat yang tinggi, berpendidikan dan sangat taat pada agama. Teuku zaman dulu sangat alim dan memiliki wawasan yang sangat luas, terlebih lagi dalam membangun Aceh. Begitu pula dengan Cut, seorang Cut dulunya memiliki sikap yang begitu mengagumkan, lemah lembut namun tegas dalam membina dan mengatur rumah tangganya.
Selain yang diatas ada lagi yang laen, contohnya ini …
Teungku (Tengku)
Teungku adalah gelar keagamaan yang diberikan kepada santri, ataupun guru yang memiliki pengetahuan mengenai kitab-kitab keagamaan. Gelar Teungku diberikan baik kepada pria maupun wanita. Orang-orang yang memberikan pengajaran dasar mengaji al-Qur’an juga sering diberi gelar Teungku. Termaksud juga orang-orang yang sudah menunaikan Ibadah Haji.
Seorang Teungku dapat pula berubah menjadi Teuku, apabila jabatan keagamaannya dialihkan ke jabatan pemerintahan. Seringkali orang Indonesia salah dalam menuliskannya, misalnya Teungku Umar, padahal seharusnyaTeuku Umar.
Pocut
Pocut
Pocut adalah gelar untuk keturunan bangsawan yang diperuntukkan bagi kaum wanita. Sama halnya dengan Teuku, gelar Pocut ini bersifat turun temurun. Seorang anak perempuan diberi gelar Pocut apabila ayahnya memiliki gelarTeuku.
Meurah
Meurah adalah gelar raja-raja di Aceh sebelum datangnya agama Islam. Dalam bahasa Gayo disebut Marah, seperti Marah Silu yang merupakan pendiri kerajaan Samudera Pasai. Contoh lainnya adalah putra Sultan Iskandar Muda digelari dengan Meurah Pupok. Setelah datangnya agama Islam, setiap raja Aceh berganti gelar menjadi Sultan.
Meurah adalah gelar raja-raja di Aceh sebelum datangnya agama Islam. Dalam bahasa Gayo disebut Marah, seperti Marah Silu yang merupakan pendiri kerajaan Samudera Pasai. Contoh lainnya adalah putra Sultan Iskandar Muda digelari dengan Meurah Pupok. Setelah datangnya agama Islam, setiap raja Aceh berganti gelar menjadi Sultan.
Sumber : nyadur dari berbagai referensi
0 comments:
Post a Comment