Ditulis oleh Melinda
Belakangan ini muncul trend di kalangan orang muda untuk melakukan tindik pada tubuh selain di telinga. Tindik dilakukan pada bagian-bagian tubuh yang dulu tidak dianggap lazim, misalnya di cuping hidung, pusar, puting susu, alis, bibir, lidah.
Sebetulnya, tindik di tempat-tempat yang disebutkan di atas bukan merupakan hal baru, karena tindik pada bagian-bagian tubuh tertentu juga dipakai pada beberapa budaya dan ritus agama tertentu. Nenek moyang bangsa Mesir menindik pusar sebagai tanda kebangsawanan, tentara-tentara Romawi memasang cincin pada puting susu sebagai tanda keberanian dan kejantanan, bangsa Maya menindik lidah untuk tujuan spiritual, bangsa Sioux menjadikan tindik pada tubuh sebagai tradisi.
Saat ini ada beberapa suku yang masih melakukan tindik pada tubuh untuk alasan religius, kesukuan, dan pernikahan. Misalnya, orang India Selatan yang menggunakan tindik lidah untuk menciptakan keheningan. Dalam budaya modern, tindik pada tubuh dilakukan sebagai karya seni atau prasyarat untuk mendapat pengakuan dari komunitas tertentu. Beberapa gelintir orang juga melakukan tindik untuk “menikmati” rasa sakit yang dialami selama proses penindikan, juga untuk menambah kenikmatan seksual.
Di antara sekian banyak tindik yang menjadi trend saat ini, tindik pada lidah termasuk yang cukup digemari. Resiko tindik di rongga mulut, terutama pada lidah lebih besar daripada di bagian tubuh lainnya. Banyak resiko yang mungkin terjadi, mulai dari patahnya gigi karena perhiasan yang dipasang, perdarahan yang berlarut-larut, pembengkakan, kerusakan saraf hingga penyebaran infeksi ke tempat lain.
Perhiasan pada lidah dan pengaruhnya di rongga mulut
Bentuk-bentuk perhiasan yang dipasang pada tempat yang telah dilubangi umumnya berupa barbel atau cincin. Benda asing yang berada di dalam rongga mulut akan menyebabkan munculnya gangguan bicara, kesulitan mengunyah dan menelan produksi air liur yang berlebihan, dan kebiasaan bruksisme (menggertakkan gigi tanpa sadar). Selain itu perbenturan antara perhiasan dengan gigi yang terus menerus akan mengakibatkan patahnya gigi. Sedangkan perbenturan dengan jaringan penyanggah gigi akan mengakibatkan kerusakan gusi dan tulang penyanggah gigi.
Sebetulnya, tindik di tempat-tempat yang disebutkan di atas bukan merupakan hal baru, karena tindik pada bagian-bagian tubuh tertentu juga dipakai pada beberapa budaya dan ritus agama tertentu. Nenek moyang bangsa Mesir menindik pusar sebagai tanda kebangsawanan, tentara-tentara Romawi memasang cincin pada puting susu sebagai tanda keberanian dan kejantanan, bangsa Maya menindik lidah untuk tujuan spiritual, bangsa Sioux menjadikan tindik pada tubuh sebagai tradisi.
Saat ini ada beberapa suku yang masih melakukan tindik pada tubuh untuk alasan religius, kesukuan, dan pernikahan. Misalnya, orang India Selatan yang menggunakan tindik lidah untuk menciptakan keheningan. Dalam budaya modern, tindik pada tubuh dilakukan sebagai karya seni atau prasyarat untuk mendapat pengakuan dari komunitas tertentu. Beberapa gelintir orang juga melakukan tindik untuk “menikmati” rasa sakit yang dialami selama proses penindikan, juga untuk menambah kenikmatan seksual.
Di antara sekian banyak tindik yang menjadi trend saat ini, tindik pada lidah termasuk yang cukup digemari. Resiko tindik di rongga mulut, terutama pada lidah lebih besar daripada di bagian tubuh lainnya. Banyak resiko yang mungkin terjadi, mulai dari patahnya gigi karena perhiasan yang dipasang, perdarahan yang berlarut-larut, pembengkakan, kerusakan saraf hingga penyebaran infeksi ke tempat lain.
Perhiasan pada lidah dan pengaruhnya di rongga mulut
Bentuk-bentuk perhiasan yang dipasang pada tempat yang telah dilubangi umumnya berupa barbel atau cincin. Benda asing yang berada di dalam rongga mulut akan menyebabkan munculnya gangguan bicara, kesulitan mengunyah dan menelan produksi air liur yang berlebihan, dan kebiasaan bruksisme (menggertakkan gigi tanpa sadar). Selain itu perbenturan antara perhiasan dengan gigi yang terus menerus akan mengakibatkan patahnya gigi. Sedangkan perbenturan dengan jaringan penyanggah gigi akan mengakibatkan kerusakan gusi dan tulang penyanggah gigi.
Lidah banyak mengandung sangat banyak pembuluh darah, sehingga proses menindik akan menyebabkan perdarahan berlarut larut. Bila penindikan dilakukan tanpa memperhatikan sterilisitas alat, akan menyebabkan infeksi yang dengan mudah menyebar ke bagian lain. Pembengkakan lidah yang merupakan reaksi normal setelah proses penindikan akan menjadi berbahaya bila dilakukan secara tidak steril. Pembengkakan lidah yang berlebihan akan mempersempit saluran pernafasan.
Selain pembuluh darah, lidah juga dilalui oleh urat syaraf. Bila penindikan menyebabkan putusnya urat syaraf, lidah akan mengalami kelumpuhan sebagian maupun total.
Bila hygiene mulut tidak diperhatikan, perhiasan dalam mulut akan menjadi tempat yang sangat baik bagi perkembangbiakan bakteri yang mengakibatkan infeksi di gusi dan pipi bagian dalam. Bila ukuran perhiasan tidak cukup besar mengisi lubang tindik, perhiasan bisa lepas dan bisa saja tertelan atau masuk ke saluran pernafasan.
Secara medis, tindakan tindik lidah sangat tidak disarankan. Beberapa fakta di bawah ini menguatkan alasan untuk tidak menindik lidah :
- Tidak ada tindik lidah yang berlisensi
- Kebanyakan orang yang menindik bukan ahli medis
- Tidak ada tenaga medis atau paramedis yang berprofesi sebagai penindik lidah
- Tidak ada pemeriksaan khusus atau berkala setelah dilakukan tindik lidah
- Tidak ada peralatan gawat darurat untuk tindik lidah
Tulisan ini bukan bermaksud untuk mengutuk tindakan tindik lidah atau menakut-nakuti pemakai tindik lidah. Bila tindik lidah tetap menjadi pilihan, segala resiko yang dikemukakan di atas dapat dikurangi dengan memperhatikan hal-hal berikut :
- Gunakan peralatan yang steril
- Jaga kebersihan luka bekas penindikan
- Gunakan perhiasan yang tidak terlalu rumit sehingga mudah dibersihkan
- Segera berkonsultasi dengan dokter bila luka bekas penindikan atau pembengkakan tidak pulih dalam waktu yang lama
- Para atlet disarankan untuk melepaskan perhiasannya selama berolahraga
- Para perokok disarankan untuk menghentikan kebiasaan merokoknya karena kombinasi tindik lidah dan merokok lebih banyak menimbulkan masalah dalam mulut
- Hindari minuman keras dan kegiatan oral seks sedikitnya 6 bulan setelah penindikan untuk menghindari risiko kerusakan jaringan dan infeksi.
0 comments:
Post a Comment