Saturday, 1 May 2010

Teliti Sebelum Membeli Ayam

Untuk mendapatkan daging ayam yang masih segar, sebaiknya teliti saat membeli. (Foto: Google)
SELAMA ini pemotongan dan pengemasan daging ayam
SELAMA ini pemotongan dan pengemasan daging ayam untuk konsumsi banyak yang belum memenuhi standar kesehatan. Bila dikonsumsi, daging ayam tersebut bisa membahayakan kesehatan.

Daging ayam sepertinya masih menjadi favorit masyarakat Indonesia. Selain rasanya yang gurih, daging ayam harganya tak terlalu mahal dan mudah sekali didapat. Namun, sebaiknya dalam memilih daging ayam untuk dikonsumsi seluruh keluarga, Anda harus berhati-hati. Karena tingginya kebutuhan masyarakat terhadap daging ayam, serta harganya yang tergolong murah, kini banyak oknum yang tidak bertanggung jawab memanfaatkannya untuk hal-hal yang bisa merugikan konsumen.

Lihat saja maraknya berita penipuan dari para pedagang yang menjual ayam tiren (mati kemaren), ayam formalin atau ayam suntik yang jelas-jelas berakibat negatif bagi kesehatan kita. Masyarakat juga terkadang belum terlalu memahami soal ini. Padahal, dampak buruk kesehatan yang ditimbulkan saat menyantapnya sangat banyak.

Karena itu, perlu diketahui secara luas seperti apa bentuk daging ayam yang baik dan tidak untuk dikonsumsi. Dan tak lupa, pembatasan serta pengawasan yang ketat tentang tata cara pemotongan ayam yang tepat, aman, dan bersih. Pemerintah sendiri saat ini sedang berupaya menjalankan regulasi soal permasalahan ini.

Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat dan Veterinarian Dinas Pertanian dan Kelautan Jakarta Timur Sri Hartati menjelaskan bagaimana memilih daging ayam yang baik dan sehat. Yang pertama, belilah daging ayam pada kios atau toko yang resmi.
Lalu, pilihlah daging ayam yang baik dan sehat. Ciri-cirinya, lanjut dia, kulit daging berwarna putih bersih, mengkilat dan tidak ada memar, bau spesifik daging ayam, pembuluh darah di seluruh tubuh tidak terlihat, serabut otot berwarna agak pucat, bekas pemotongan di leher tidak merata dan regangannya besar, bersih dari kotoran dan tidak ada bulu jarum.

Sedangkan ciri utama daging tiren adalah pada kulit terdapat bercak-bercak merah, bagian dalam karkas berwarna kemerahan, bau anyir, serabut otot berwarna agak kemerahan, pembuluh darah di leher penuh dengan darah, bekas tempat pemotongan di leher regangannya kecil dan rata, serta warna bercak akan menjadi kebiruan. “Jika daging dikemas, pilihlah kemasan yang utuh dan berlabel,” papar Sri saat acara sosialisasi daging ayam ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal) di Aula Kantor Kecamatan Cakung, Jln Raya Bekasi, Cakung, Jakarta Timur, baru-baru ini.

Selain itu, kata Sri, belilah daging ayam yang disimpan pada lemari pendingin (show case) atau freezer. Pembekuan atau pendinginan dapat mempertahankan kesegaran daging.
Yang paling penting, dapat menghentikan pertumbuhan kuman dan perubahan kimia yang dapat menyebabkan daging membusuk.

“Pertumbuhan atau perkembangan kuman dapat dihambat jika suhu didinginkan lebih dari 4 derajat Celsius atau suhu kulkas. Sebab, kuman atau bakteri biasanya akan berkembang biak cepat dalam kondisi suhu kamar dalam waktu 15–20 menit,” terangnya.

Yang terakhir, Sri menyarankan agar pembelian daging ayam dilakukan pada akhir berbelanja, dan sesegera mungkin dibawa ke rumah untuk langsung dimasak atau diolah. Kalau tidak sempat atau tidak habis, daging ayam sebaiknya disimpan di dalam kulkas. Selama di kulkas, kesegaran daging akan bertahan hingga enam bulan.

Untuk mengatasi maraknya tempat pemotongan daging yang tidak sesuai prosedur, Pemprov DKI Jakarta sendiri tengah giat-giatnya menyosialisasikan Perda No 4/2007 tentang Pengendalian dan Peredaran Unggas di Provinsi DKI Jakarta.

Isinya, dalam waktu tiga tahun sejak dikeluarkannya perda tersebut, tempat penampungan dan pemotongan unggas yang ada di pasar dan permukiman penduduk akan dipindah ke tempat khusus yang telah ditunjuk. “Untuk di Jakarta Timur, rumah pemotongan unggas (RPU) ada di Rawa Kepiting, Pulogadung, dan Cakung,” kata Wakil Wali Kota Jakarta Timur Asep Syarifudin.

Dengan dilakukannya disentralisasi tempat penampungan dan pemotongan unggas ini, lanjut dia, diharapkan akan meningkatkan kualitas daging ayam yang beredar di pasar.
Selain itu, juga akan mengurangi pencemaran lingkungan dan penyebaran penyakit yang diakibatkan penampungan dan pemotongan unggas.

“Perlu dicatat bahwa setiap hari ayam yang masuk ke DKI Jakarta ada sekitar 600.000 ekor, di mana yang 320.000 atau sekitar 60 persennya masuk melalui Jakarta Timur. Apalagi, sejak 2003, virus flu burung menyerang unggas lalu manusia dengan korban 44 orang sakit dan 33 orang meninggal,” ungkapnya.

Asep menuturkan, daging ayam merupakan daging yang disukai masyarakat karena harganya yang relatif murah bila dibandingkan dengan jenis daging yang lain. Namun, apabila penanganan dan pengelolaannya tidak benar dapat membahayakan hidup manusia itu sendiri.

Dia menyambut baik sosialisasi yang dihadiri sekitar 100 peserta yang berasal dari ibu-ibu pengurus dan kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) baik dari tingkat kota maupun kecamatan di Jakarta Timur ini.
Melalui acara ini, masyarakat diharapkan dapat memahami dan mengerti bagaimana cara memilih daging ayam, menangani dan mengolah daging ayam yang baik dan benar.

“Masyarakat perlu tahu seperti apa daging ayam ASUH, yang bebas dari virus flu burung, bebas formalin, dipotong dalam keadaan segar, dan bukan ayam tiren. Saya setuju sekali apabila sosialisasi permasalahan ini ke ibu-ibu karena biasanya akan efektif karena jaringannya luas,” tutur Asep.

Kasudin Peternakan dan Perikanan Jakarta Timur Adnan Ahmad mengemukakan, daging ASUH adalah daging yang aman karena daging tidak mengandung bahan yang mengganggu kesehatan. Sehat yaitu mengandung bahan yang dapat menyehatkan manusia. Utuh, tidak dikurangi atau dicampur dengan bahan lain. Dan halal, pemotongannya sesuai dengan syariat agama Islam.

Sosialisasi daging ayam ASUH ini, kata dia, penting dilakukan karena dampaknya sangat signifikan bagi para konsumen.“Warga perlu diberikan sosialisasi terus-menerus mengenai jenis daging ayam yang sehat itu yang seperti apa, karena penyakit itu datang sebagian besar dari hewan,” ujar Adnan.

Adnan mengakui sampai saat ini RPU yang telah ditunjuk masih belum siap menerima pemotongan ayam secara besar-besaran. Menurut dia, sarana dan fasilitas yang dimilikinya belum memadai. Karena itu, ditargetkan akhir tahun ini proses tersebut bisa terlayani dengan baik.

“Akhir tahun sekitar November 2010, kita targetkan semua RPU yang ditunjuk telah berjalan sepenuhnya untuk melayani pemotongan ayam yang setiap harinya dapat mencapai 500.000 ekor. Apalagi, masalah gejolak ekonomi serta pro dan kontra dari masyarakat masih berlangsung,” tandasnya.

Karena molornya implementasi Perda No 4/2007 ini, terang dia, Pemprov tidak akan langsung merazia dan menindak siapa pun yang masih melakukan pemotongan unggas di pasar, permukiman ataupun RPU liar. “Tapi kita terus sosialisasikan bagaimana memilih daging ayam ASUH tersebut ke masyarakat,” kata Adnan.

M Bayu dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendukung upaya membenahi tata niaga ayam potong yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta. Hal itu, kata dia, tentunya dapat menjamin masyarakat DKI Jakarta untuk menikmati daging terbaik. “MUI juga sangat peduli untuk memperhatikan aspek kebersihan yang ikut menentukan layak atau tidaknya makanan tersebut dikonsumsi,” katanya.
(Koran SI/Koran SI/tty)

0 comments:

Post a Comment

Pages

 
Free Web Hosting | Top Web Host