Saturday, 1 May 2010

Jangan Anggap Remeh Batuk

Namun, jangan abaikan ketika batuk tak kunjung reda. Sebab, batuk bisa menjadi pertanda adanya penyakit berbahaya. (Foto: gettyimages)
BATUK sepertinya terlihat sepele dan umum terjadi. Namun, jangan abaikan ketika batuk tak kunjung reda. Sebab, batuk bisa menjadi pertanda adanya penyakit berbahaya.

Sungguh menyiksa memang jika batuk sudah menyerang. Batuk yang tak kunjung reda kerap mengganggu aktivitas sehari-hari. Makan, minum, bekerja, bahkan beristirahat pun tidak akan tenang. Segala kegiatan seperti berhenti sejenak jikalau batuk datang. Tidak hanya pada orang dewasa, batuk pada anak juga sering kali menyebabkan seisi rumah panik. Orangtua pasti langsung berusaha mencari obat untuk menyembuhkan batuk si buah hati. Padahal, sesungguhnya batuk bukanlah suatu penyakit, tetapi mekanisme perlindungan tubuh, khususnya saluran pernapasan untuk membersihkan jalan napas dari benda asing yang masuk.

Udara yang keluar dari paru-paru akibat batuk akan membuat segala sesuatu yang menghambat di saluran napas terbuang keluar, terutama benda asing, cairan atau lendir, sehingga saluran napas menjadi bersih. Karenanya, terkadang batuk justru diperlukan untuk membuang semua yang menghambat di saluran napas.

”Batuk adalah tindakan refleks yang dimulai oleh stimulasi saraf sensoris pada lapisan saluran pernapasan, sebuah tabung yang kami gunakan untuk bernapas,” kata Dr John ET Pillinger MB ChC DRCOG, pakar kesehatan pernapasan dari Christchurch, Dorset, Inggris seperti dikutip dari laman NetDoctor.com.
 
Ketika orang batuk, dia menyebutkan, terjadi sesak napas dan laring (kotak suara) menutup sesaat. Otot-otot dada perut yang digunakan untuk bernapas berkontraksi. Karena itu pada akhirnya akan meningkatkan tekanan yang dibutuhkan untuk mengeluarkan udara di paru-paru ketika laring kembali terbuka.

Pillinger menjelaskan, tekanan yang dihasilkan dari keluarnya udara keluar dengan kecepatan tinggi tersebut menyikat dan membersihkan jalan napas dari debu, kotoran, atau cairan yang berlebihan. Batuk merupakan gejala umum ketika saluran udara menjadi ”ketat”, seperti pada penyakit asma.

”Refleks batuk merupakan bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh. Biasanya, paru-paru dan saluran pernapasan selalu steril. Karena itu, jika debu atau kotoran masuk ke dalam paru-paru, mereka bisa menjadi tempat berkembang biak bakteri dan menyebabkan pneumonia atau infeksi pada saluran pernapasan,” sebutnya.

Meskipun batuk biasanya terjadi akibat rangsangan di saluran napas, banyak pula jenis batuk yang disebabkan adanya kelainan dalam tubuh, khususnya batuk yang sangat sering dan durasinya lama. Berdasarkan durasinya, batuk dapat bersifat akut, subakut, dan kronik. Batuk yang terjadi kurang dari tiga minggu disebut batuk akut. Penyebab batuk akut umumnya adalah iritasi, penyempitan saluran napas akut, dan infeksi virus atau bakteri.

Jika durasinya terjadi lebih dari 8 minggu, dikenal dengan batuk kronik. Batuk jenis ini dapat menimbulkan masalah dari yang ringan sampai yang berat. Batuk kronik bisa menimbulkan gangguan organik seperti otot-otot perut sakit, buang air kecil atau buang air besar (BAB) yang tidak terkontrol saat terbatuk, nyeri otot, robekan selaput paru, hingga fraktur iga. Batuk kronik dapat terjadi karena penyakit penyempitan kronik saluran napas, seperti asma, penyakit paru obstruksi kronik, bronkitis kronis, gangguan saluran napas atas, gangguan lambung, dan sebagainya.

Pada infeksi akut pernapasan karena virus sering kali diikuti dengan batuk lama (3-8 minggu) akibat kerusakan epitel saluran napas. Karena itu biasa disebut dengan istilah batuk subakut. Sementara, pada bayi, batuk bisa merupakan gejala alergi, baik alergi susu maupun debu, atau juga disebabkan infeksi virus dan adanya aliran balik isi lambung ke arah jalan napas (gastroesofageal reflux), terutama anak yang mempunyai masalah pencernaan.

Pada balita yang paling sering adalah batuk karena alergi yang menyangkut alat pernapasan atas, yakni hidung, telinga, dan tenggorokan. Contohnya sinusitis dan asma. Untuk mengatasi batuk, Pillinger mengatakan, sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan penyebabnya.

”Anda harus berkonsultasi dengan dokter jika ada gejala penyakit yang menyertai batuk sehingga kemungkinan penyebab dapat diselidiki dan diobati jika diperlukan,” ujarnya.

Misalnya orang yang batuk karena terangsang saluran napasnya terhadap alergan sehingga asmanya kambuh dengan gejala batuk, maka pengobatan pertamanya adalah dengan menghindari alergan tersebut. Dokter juga nantinya akan menelusuri penyebab batuk lewat kelainan pada foto rontgen dada, warna dahak yang dikeluarkan ketika batuk, atau kebiasaan merokok pasien.

Jika kondisinya batuk pilek atau common cold yang tidak ada komplikasinya, pemberian obat batuk dapat membuat batuk cepat mereda dalam beberapa hari. Kandungan yang terdapat dalam obat batuk dibuat untuk mencegah komplikasi batuk, misalnya memberikan efek nyaman, meningkatkan daya tahan tubuh, dan meredakan gejala lainnya.

Beberapa zat yang biasanya terdapat dalam obat batuk di antaranya dekongestan untuk melegakan hidung tersumbat, analgestik untuk menghilangkan rasa sakit dan demam, antitiusif untuk meredakan batuk, serta antihistamin sebagai antialergi dan menghilangkan rasa gatal atau bersin. Namun, jika batuk berkelanjutan (lebih dari satu minggu), apalagi sampai memberat, dikhawatirkan sudah terjadi komplikasi sehingga perlu dirawat lebih lanjut.

Risiko komplikasi pada infeksi virus dapat meningkat pada orang dengan daya tahan tubuh rendah, pernah punya riwayat kronik sebelumnya, orang lanjut usia, dan anak balita. Selain memberikan obat, penderita batuk sebaiknya banyak beristirahat dan mengonsumsi makanan bergizi untuk memulihkan kondisi tubuh yangsedanglemah. Selain itu perbanyak asupan cairan untuk mencegah lapisan dalam tenggorokan agar tidak mengering serta membuat dahak lebih encer dan mudah dikeluarkan. Jauhi rokok dan asap rokok yang akan mengiritasi tenggorokan dan memperparah batuk.
(Koran SI/Koran SI/ftr)

0 comments:

Post a Comment

Pages

 
Free Web Hosting | Top Web Host